Jakarta_Jakinside.com - Generasi muda menjadi kekuatan dominan dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Daerah Khusus Jakarta (DKJ) tahun ini. Dari total pemilih, 19,9 persen merupakan Gen Z, berusia 17-25 tahun, sementara 34,6 persen adalah generasi milenial, berusia 26-40 tahun. Komposisi ini menegaskan pentingnya pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk mengangkat isu-isu yang relevan bagi generasi muda, termasuk permasalahan sosial, lingkungan, ekonomi, dan teknologi yang menjadi perhatian utama mereka.
Komunitas Masa Depan Jakarta mengadakan diskusi bertajuk "Menggugat Jakarta." Acara ini mengusung tema "Membangun Ekosistem Pemuda untuk Masa Depan Jakarta" dan berfokus pada isu-isu penting seperti pengembangan industri kreatif, olahraga, serta pelestarian kebudayaan di Tulum Cafe Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Sabtu (2/11).
Diskusi ini bertujuan untuk melibatkan generasi muda dalam merancang Jakarta yang lebih inklusif dan mendukung bakat-bakat lokal, sehingga dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kota ini.
Firdian Aurelio, Chairman Komunitas Masa Depan Jakarta, dalam sambutannya pada diskusi "Menggugat Jakarta," menyampaikan bahwa acara ini merupakan ruang terbuka bagi generasi muda untuk menyuarakan kritik dan gagasan mereka terkait berbagai permasalahan di Jakarta.
Firdian, yang akrab disapa Iyang, juga menekankan bahwa Komunitas Masa Depan Jakarta bertujuan untuk mengkritisi gagasan-gagasan yang diusung oleh seluruh calon gubernur dan wakil Gubernur Jakarta. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar kepentingan dan aspirasi generasi muda mendapatkan perhatian yang layak dalam pemilihan mendatan
Narasumber yang mewakili berbagai bidang, Akbary Noor, seorang aktor dan podcaster, hadir sebagai representasi dari pelaku industri kreatif. Pangeran Siahaan, Ketua Bidang Media Tim Pemenangan Pramono-Rano, membawakan tema olahraga, sementara Amel Sanie, juru bicara Pramono-Rano, menyampaikan pandangannya terkait kebudayaan.
Terdapat 3 sesi dalam diskusi yang dihadiri sekitar 70 peserta. Akbary Noor menyampaikan bahwa industri kreatif di Jakarta belum mendapatkan dukungan dari pemerintah.
" Kami masih kesulitan untuk mendapatkan tempat untuk latihan dan mahalnya biaya sewa gedung" ungkapnya.
Amel Sannie yang juga peserta Abang None Jakarta Pusat menambahkan "Banyak kebudayaan Betawi yang unik seperti ondel ondel dan palang pintu, orang muda Jakarta perlu menjaga budaya Betawi agar tetap lestari" paparnya. Pangeran Siahaan sebut Olahraga dapat menjadi potensi data tarik suatu kota.
Kehadiran para narasumber ini memperkaya diskusi dengan perspektif yang beragam, sehingga memberikan gambaran yang lebih utuh tentang masa depan Jakarta bagi generasi muda.
0 Komentar